Sabtu, 19 Maret 2016

Melayani atau Dilayani


Umurku memang masih kecil. Belum mengerti apa - apa, orang tua bilang. Aku tak peduli. Yang jelas dengan umurku yang segelintir ini, aku memperhatikan banyak hal. Termasuk cara kepemimpinan seseorang.
Aku belum pernah memimpin. Tapi aku mengerti bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Bukan hanya pemimpin diperusahaan, tapi pemimpin apapun. Temasuk pemimpin kelas sekalipun.

Menuliskan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik itu adalah hal yang mudah. Bagian tersulitnya adalah bagaimana mempraktekkannya. Yang terkadang tulisan tak seindah kenyataan.

Menjadi seorang pemimpin merupakan amanah yang harus dilakukan dengan baik, bertanggung jawab dan jujur. Menjadi pemimpin yang baik bukanlah mudah. Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang keras, yang suka marah dan yang ditakuti. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin pengikutnya mencapai suatu tujuan tertentu.

Pemimpin yang baik biasanya melayani. Memperhatikan setiap apa yang dipimpinnya. Bertangung jawab atas keputusan yang ia ambil. Bukan pemimpin yang merasa bangga dilayani. Merasa bangga membentak-bentak. Bangga semua bawahannya tunduk. Yakinlah pemimpin seperti ini tak akan mencapai tujuan tertentu.


-----------------------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke3
#Harike3




Kamis, 17 Maret 2016

Rosie.


Jika kehidupan dunia adalah pilihan. Rosie tak akan memilihnya. Lebih baik ia tak usah lahir didunia ini. Usia Rosie 25 tahun. Usia matang dengan segala kegetiran hidup sejak kecil. Rosie sulung dari tujuh bersaudara. Si sulung yang menjadi tumpuan adik-adiknya, menjadi contoh adik-adiknya. Rosie, bunga senja nan layu. Wajahnya sayu. Tampak jelas kesedihan di matanya. Terlihat namun samar, di keningnya goresan halus kerutan. Akibat terlalu sering berfikir.

Dari lantai enam rumah sakit, Rosie terdiam. Menatap langit hitam legam. Sebentar lagi mungkin hujan turun. Angin memeluk tubuhnya. Sudah sejam ia mematut diri. Mencoba mencerna setiap jalan hidupnya.
Ia lelah. Bebannya sudah membuat tubuhnya ringkih. Hatinya remuk redam. Ingin ia mengakhiri semuanya. Memaki dan meninggalkan semuanya.

Perlahan rinai turun. Ia masih mematung disana. Terlintas di benaknya. Buat apa ia hidup seperti ini. Hari-hari bermurung durja. Dua puluh lima tahun memikirkan keluarga. Dua puluh lima tahun mengabaikan diri sendiri. Mengorbankan diri sendiri. Ingin rasanya ia terjun saat ini juga. Agar hilang bebannya. Ia menangis.
Menatap langit. Rinai mengenai wajahnya. Perlahan terlintas wajah ibunya. Ia tersenyum. Itulah alasan kehidupannya. Setidaknya dua puluh lima tahun tidak sia-sia. Kesengsaraannya untuk wajah berseri ibu dan juga adik-adiknya.

Rosie tersenyum. Perlahan ia berbalik meninggalkan lantai enam rumah sakit. Ibu. Ibunya menunggu.Dunianya hanya ibunya. Lalu hujan turun dengan derasnya seiring menghilangnya Rosie.

--------------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke3
#Harike2

Rabu, 16 Maret 2016

Perempuan

Saat ini, banyak sekali kita temui perempuan-perempuan mandiri dan cerdas. Hampir disegala jenis pekerjaan pasti ada beberapa perempuan yang menduduki posisi penting. Itulah salah satu pengaruh dari emansipasi.
Tetapi hal ini juga mengakibatkan sebagian perempuan yang melupakan tugas utamanya.

Aku memang punya banyak impian. Ingin ini, ingin itu, pengen kerjakan ini pengen kerjakan itu. Semua yang di suka aku berusaha untuk mengapainya. Semua ingin aku capai sebelum Tuhan mendatangkan jodohku. Aku ingin karir yang baik sebelum aku menikah, ingin belajar apapun sebelum menikah, memperbaiki diri dan mencoba hal baru sebelum menikah. Itu yang aku mau. Semua ingin aku capai sebelum aku menikah.

Jika seandainya ia datang sebelum semua mimpiku tercapai. Aku tetap akan menerimanya. Melupakan mimpi-mimpi itu. Toh, sejatinya setinggi apapun pencapaian perempuan tetap tujuan utamanya adalah rumah tangga. 

Aku mengejar semua impianku. Mencoba meraihnya sebelum beban tanggung jawab yang lebih besar datang. Sebab saat semua itu terjadi maka aku harus memprioritaskan rumah tangga diatas segalanya.

------------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke3
#Harike1



Senin, 14 Maret 2016

In Silance : Pray, Life and Love (Part 2)


Siang yang teramat terik saat gadis itu sampai di kampung halaman orang tuanya. Kampung halaman yang terkenal dengan rendang itu. Ia melangkah perlahan. Perjalanan satu jam lima belas menit masih membuatnya jetlag. Ia harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lagi dengan jalur darat. Lalu kemudian benar-benar sampai di rumah sederhana yang terbilang cukup luas dengan pemandangan menakjubkan.
            Mungkin bagi orang-orang kampung ini biasa saja. Tapi baginya ini tempat yang menakjubkan. Bagaimana tidak? Lelah perjalanan tergantikan saat ia sampai di rumah ini. Rumah bercat krem itu punya teras yang luas yang dikelilingi dengan berbagai jenis bunga mengelilingi pagarnya. Bunga-bunga itu ditata sedemikian indahnya dengan berbagai ukuran pot.
Beberapa meter di depan rumah terdapat jalan beraspal yang hanya bisa dilalui satu mobil saja dan diseberang jalan itu terhampar sawah sejauh mata memandang. Tepat di tengah hamparan sawah ada sebuah bangunan tanpa di cat. Gadis itu tahu bahwa bangunan itu merupakan sarang burung walet.
            Langit perlahan memerah mengiring tenggelamnya sang surya. Beberapa petani berjalan dipematang sawah. Mengakhiri pertempuran mereka untuk segera berkumpul dengan keluarganya.
            “Sha, ayo masuk nak udah maghrib.” Seorang wanita paruh baya mengejutkan gadis itu. Menganggu sang gadis yang terpesona oleh keindahan di depannya. Gadis itu memalingkan badan bersegera masuk lalu sayup-sayup terdengar azan maghrib mengalun indah seiring mengelapnya langit. 

 bersambung....
---------------------------------


#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike5



Kantuk



Pernah tidak kita setelah makan merasakan kantuk?
Semua orang pernah merasakan hal itu.

Mengapa hal demikian terjadi?
Bukankah seharusnya setelah makan kita mendapatkan energi ?

Sebenarnya tak semua makanan membuat kita mengantuk. Makanan yang membuat mengantuk itu adalah karbohidrat. Karbohidrat sejatinya penting untuk menambah energi kita. Tapi bisa juga malah menjadi virus. Karbohidrat didalam tubuh kita akan menjadi glukosa. Lalu glukosa itu akan masuk ke dalam sel-sel tubuh yang memerlukannya.

Glukosa terebut membutuhkan suatu hormon untuk bisa masuk ke dalam sel tubuh. Hormon ini dihasilkan kelenjer pangkreas yang bernama insulin. Hormon insulin merangsang terjadinya pembentukan asam amino yang disebut tritofan. Kemudian tritofan berubah menjadi senyawa serotonin dan melatonin. Kedua senyawa inilah yang menyebabkan kantuk.

Mungkin itulah sejatinya makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang. Agar apa yang kita makan tidak membuat kita terkena virus.

--------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike4

Kamis, 10 Maret 2016

Bayi Perempuan Pertama.



Seorang bayi perempuan pertama telah lahir dibumi minang sembilan belas tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 17 Juli 1996. Bayi yang merupakan anak pertama dari suami istri pedagang dan perantau ulung, yang hanya pulang kampung sebab sang istri melahirkan. Karena anak pertama, maka harus didampingi sang ibu dari pihak istri. Pasangan muda memang selalu seperti itu. Lebih banyak belajar dari yang lebih berpengalaman. 

Dari tahun ke tahun bayi itu tumbuh mengemaskan (setidaknya menurut orang tua mereka). Tumbuh sendiri tanpa ada adik merupakan hal yang menyenangkan. Seluruh perhatian orangtua selalu teruntuk bayi itu. 
Sangat disayangkan hal itu hanya berlangsung enam tahun lamanya. Bayi perempuan yang lain telah hadir. Mengambil seluruh perhatian dan mengaku sebagai adik manis nan mengemaskan si bayi pertama. Ah, tak mengapa. Memang seperti itulah hakikatnya. Yang  kecil selalu mengemaskan. Setidaknya hal ini menjadi bukti bahwa Tuhan masih percaya pada sang bayi perempuan pertama untuk menjaga dan selalu menyayangi si bayi perempuan kedua.

Kemudian, karena umur yang memang sepatutnya untuk menuntut ilmu. Bayi perempuan pertama memulai sekolahnya. Nikmat Tuhan mana yang akan ia dustakan. Sekolah, teman, guru dan lingkungan yang bersahabat selalu menyenangkan si bayi pertama. Termasuk orang tua dan si bayi kedua yang makin hari makin mengemaskan.

Dua tahun berlalu,  bayi perempuan pertama harus kembali ketanah kelahiran mengikuti ayah yang selalu melalang buana mencari penghidupan. Di tanah minang mereka tinggal kurang lebih selama setahun. Kemudian pindah ke kota kecil nan gemerlap. Kota yang bersebrangan langsung dengan singapura. 

Delapan tahun berlalu, hingga kemudian lahir lagi bayi perempuan ketiga.  Menambah pohon silsilah keluarga. Kemudian mereka harus pindah kembali mencari tanah penghidupan yang baru. Sebab di kota gemerlap persaingan semakin ketat dengan penghidupan yang semakin sulit.

Mereka menemukan daerah yang mungkin menjanjikan. Daerah yang dipenuhi pohon sawit disana sini. Daerah perdagangan yang baik untuk ayah. Saat itu umur bayi perempuan pertama delapan belas tahun. Dengan pendidikan lulusan sekolah kejuruan akuntansi. 

Selepas itu, bayi perempuan pertama kembali ke kota gemerlap. Bekerja pada sebuah agent travel resmi dan juga menjaga sebuah warnet dengan luas yang tak seberapa. Pun juga dengan kehidupan yang selalu menguras segalanya. Setahun kemudian saat umurnya sembilan belas tahun. Ia kembali ingin melanjutkan pendidikan perguruan tinggi. Dan saat ini baru semester satu. Ia bekerja sambil tetap kuliah. Bekerja pagi sampai sore hari lalu kuliah pada malam hari. Di kota ini, kuliah memang cukup unik. 80% mahasiswa disini rata-rata adalah pekerja. Maka tak heran banyak universitas yang lebih aktif dimalam hari.

Bayi perempuan pertama itu salah satu penduduk dunia yang hanya menambah beban bumi. Bayi perempuan yang tak menghasilkan apa-apa, belum bermanfaat, yang selalu selalu punya banyak mimpi salah satunya  untuk menjadi penulis  yang baik, bersahaja dan dermawan. 

Mungkin ada hal yang terlupa, bayi perempuan pertama itu diberi nama Rini Hilda. Nama yang tidak menarik sama sekali. Tetapi beberapa tahun yang lalu ia mengerti kenapa orangtuanya memberi nama demikian. Nama Rini berarti tajam dan Hilda yang berarti pahlawan perang. Maka Rini Hilda berarti pahlawan perang nan tajam. 

Mungkin, dulu orangtua bayi perempuan pertama itu berharap ia menjadi pahlawan setidaknya untuk dirinya sendiri. Menakhlukkan dunia yang semakin lama semakin kejam. Menakhlukkan kehidupan yang mungkin selalu keras untuknya. Semoga bayi itu bisa menghadapinya. Sekejam apapun kehidupan ini, ia seribu kali lebih tajam darinya. Tak terkalahkan. Walau kadang mungkin ia merasa lelah. Kalah, terjatuh kemudian menangis. Tapi ia yakin itu hanya sehari, dua hari atau paling lama tiga hari. Sejatinya saat ia kalah maka ia telah bersiap mengasah ketajamannya seribu kali lipat lagi. Agar kekalahan yang sama teramputasi oleh ketajaman sang pahlawan. 

Sekarang bayi perempuan pertama itu mengelola blog yang saat ini sedang kalian baca. Blog sederhana dengan catatan-catatan sepanjang apa yang ia pikirkan. ia perhatikan dan yang ia renungkan.
Jika kalian ingin berteman, bersahabat, berkerabat atau mungkin berta'aruf (maaf, yang ini jangan dulu, belum siap mental untuk kehidupan yang lebih serius) dengannya boleh menghubungi lewat WA 081991149108.

Demikianlah, tentang bayi perempuan pertama. Semoga ia selalu sehat, dan tak perah berhenti untuk memperbaiki diri. 

-----------------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike3
#Tantanganminggukedua
#Dirisendiri

Rabu, 09 Maret 2016

Anjing Dan Al-Quran Part 2

Saya terdiam sesaat. Lalu mantap menjawab anjing. Berbeda sekali dengan jawaban teman saya Yang memilih Al-Quran.

Disini si pewawancara meminta penjelasan pada teman saya, mengapa lebih memilih anjing. Jawabannya dapat saya terka. Ia mengatakan bahwa Al-Quran itu pedoman hidup. Pedoman Yang harus terus dijaga dan bla...bla...bla.

Kemudian, tiba pula saatnya saya menjelaskan kenapa memilih pilihan tersebut.

Ketika itu saya menjelaskan bahwa anjing itu merupakan makhluk hidup. Terlepas dari haram atau tidaknya. Sebab jika saya memilih Al-Quran, maka saya membiarkan makhluk hidup mati.
Setiap muslim tahu Al-Quran pedoman hidup tetapi sebuah pedoman yang benar-benar di yakini akan selalu melekat dalam ingatan dan dipraktekkan.

Saya tak  tahu,  apakah jawaban itu benar atau keliru. Yang jelas jika seandainya kejadian itu memang benar terjadi, saya akan tetap menyelamatkan sang guguk.

Mudah-mudahan apa yang saya katakan dapat meloloskan saya. Dan dapat bergabung dengan organisasi tersebut.


#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike2


Senin, 07 Maret 2016

Anjing dan Al-Quran.

Malam ini saya baru saja menyelesaikan tes untuk seleksi organisasi. Organisasi itu bernama Himpunan Mahasiswa Islam. Saya berniat bergabung karena ingin menambah wawasan dan pertemanan.
Tes pertama adalah tes tertulis dengan 10 pertanyaan yang dijawab dengan nalar.
Sepuluh pertanyaan ini saya jawab seringkas dan sejelas mungkin. 
Tes selanjutnya adalah tes wawancara. Saat tes ini hanya dua orang calon anggota yang diperbolehkan masuk. Saat itu nama saya dipanggil dengan salah seorang teman yang berbeda fakultas. Waktu itu saya merasa gugup sekali. Sebab saya tidak pandai berbicara. Saya selalu merasa gugup berbicara dengan orang lain. Walau hanya bertegur sapa.
Saya lebih suka menulis saja. Saya merasa cerewet ketika menulis.
Saat wawancara, si pewawancara awalnya menanyakan tentang diri sendiri. Kemudian  berlanjut hingga tes membaca alquran, dan menulis Q.S Al Fatihah dalam tulisan arab. Sejauh ini saya mampu melaluinya.
Hingga kemudian sampai pada pertanyaan yang lebih rumit. Tetapi sejauh ini saya mampu melaluinya walau kadang menjawab terpatah-patah.
Hingga lima belas menit berlalu sampailah pada pertanyaan terakhir. Pertanyaan itu adalah : Suatu ketika kamu berada di tepi sungai yang berarus deras. Saat itu ada sebuah Al-Quran dan seekor anjing yang terbawa arus. Kamu hanya punya pilihan untuk menyelamatkan salah satu dari keduanya. Pertanyaannya yang mana yang ingin kamu selamatkan dan berikan penjelasannya.
Saat itu saya menjawab....

Bersambung.....
-------------------------------

Kalo kalian ingin menjawab pertanyaan itu silahkan tuls jawabannya di komentar.


#OneDayOnePost
#Harike1 #Minggukedua

Jumat, 04 Maret 2016

Aku Berharap Kau Tidak Pernah Pergi


Aku,
Terpaku dibawah langit kelam nan menakutkan.
Menatap nanar seluruh langit yang tampak ingin memaki.
Tanpa bintang pun tanpa bulan. 

Sendiri,
Berselimut semilir angin.
Angin yang serasa hendak menghujamku.
Membunuh tanpa berdarah.
Menusuk tanpa berbekas.

Aku tertegun,
Semarah itukah Tuhan padaku?
Tak pantaskah aku berada dipelukanmu?

Tidak,
Tuhan tak pernah semarah itu.

Aku yakin,
Sejahat ini, Ia masih merangkulku.
Menopangku agar tak terjatuh.
Membimbingku agar tak tersesat.

Tuhan,
Ampuni aku.
Aku berharap kau tak akan pernah pergi.

Sedetikpun,
Aku tak akan membiarkan-Mu pergi.

---------------------------------------

Maaf ya. Beberapa hari ini kata-katanya baper terus. Soalnya cuma itu yang ada di pikiran.
Jangan lupa krisannya.

#OneDayOnePost
#Harike5

Kamis, 03 Maret 2016

Kamu Berkata,sedangkan Aku Berperasa.



Kamu berbicara padaku dengan kata-kata. Sementara aku cukup memandangimu dengan penuh perasaan.

***

Kita bertemu tanpa sengaja. Bartegur sapa, lalu tanpa disadari teguran itu hampir setiap hari didengar. Kau dan aku, mungkin, memang ditakdirkan punya cerita.

Sesingkat itu, perlahan aku nyaman dengan kehadiranmu. Kita terus merajut waktu bersama. Berbagi segala hal bersama. Aku semakin ingin terus berada d dekatmu.

Lalu perlahan egois itu mulai meracau. Perlahan ingin rasanya memiliki mu.  Merajut mimpi bersamamu. Aku juga ingin kau selalu memperhatikanku. Memprioritaskanku dari seluruh rutinitasmu.

Tapi itu semua hanya mimpiku. Hanya mimpi separuh sayap. Sedangkan separuhnya lagi tercecer entah dimana.

Ketika itu bunga yang tadinya semerbak. Tumbuh tanpa halangan. Hilang. Lenyap,  seiring kedipan mata.

Kau hanya menganggapku orang asing. Orang tak penting yang hanya menjadi figuran dalam cerita tentang mu.

Apakah aku kecewa?

Entahlah. Aku lunglai. Tak mengerti mengapa seperti ini.

Kau hanya kata-kata. Sementara aku terlalu menganggap itu perasaan.

—------------

#OneDayOnePost
#Harike4

Rabu, 02 Maret 2016

Kenapa One Day One Post ?


Dari dulu, aku sangat suka membaca. Membaca apa saja. Bahkan waktu smp hanya aku saja yang sering menganti catatan peminjaman buku diperpustakaan, saking seringnya meminjam buku. Buku yang paling aku suka adalah novel. Terutama novel motivasi dan islami. Biasanya orang yang membaca novel suka berkhayal. Tapi jujur memang benar adanya. Novel mampu membuat kita terjatuh dalam imajinasi cerita, apalagi jika novelnya bagus.

Kegemaranku membaca terus berlanjut hingga sekarang.  Kemudian aku mencoba menulis beberapa puisi. Dan sering diminta guru untuk menulis puisi saat perpisahan sekolah. Hal tersebut hanya berlangsung selama di smp saja. Ketika sma aku tak pernah menulis sekalipun. Alasannya sibuk (sibuk dengan kegiatan-kegiatan tidak penting sebenarnya).

Suatu hari aku pernah berada dalam posisi 'sendirian'. Dalam artian tidak ada yang bisa aku percaya untuk menumpahkan segala keluh kesah, isi hati, suka dan suka. Saat itu aku merasa, hampa. Ingin sekali mengeluarkan segala uneg-uneg tapi justru kebinggungan yang didapatkan. Lalu terlintas dipikiran untuk menuliskan saja segala keluh kesah tersebut. Ya, kemudian aku mulai menulis kembali. Menuangkan apapun itu yang aku rasakan.

Awalnya cukup kaku memang. Hambar. Walaupun semua yang aku tuliskan hanya untuk diriku sendiri aku tetap tidak pede membacanya. Dari situlah aku mulai belajar kembali secara mandiri. Membaca novel-novel terbaik dan belajar tentang kepenulisan. Aku semakin cinta dunia itu.

Pada suatu waktu aku melihat lomba membuat novel. Awalnya aku tertarik. Mencoba menuliskan cerita hidupku. Waktu itu batas terakhir naskah novel sekitar satu bulan lagi. Artinya aku harus membuat novel dalam satu bulan. Aku berusaha menyelesaikannya. Yang aku pikirkan saat itu walaupun tidak menang, setidaknya aku pernah punya cerita.

Waktu terus berlalu, batas penyerahan naskah sudah mendekati harinya. Tapi novelku, tidak pernah selesai. Bukan aku malas mengerjakannya. Siang malam selalu aku kerjakan. Tapi saat aku mampu menyelesaikan dua atau tiga halaman novel besoknya aku hapus tiga atau empat halaman. Alasannya, aku malu melihat karyaku sendiri. Aku merasa tulisanku jelek, tidak baru dan kata-kata yang berantakan. Saat itu aku menyerah. Aku lebih memilih menjadi penyuka novel saja.

*** 

Membaca itu seperti makan, sedangkan menulis seperti buang hajat. Sejatinya seperti itulah hakikatnya. Saat kita terlalu banyak makan tapi tidak bisa buang hajat maka kemungkinan ada yang salah dari tubuh kita. Begitu juga sebaliknya, saat kita banyak buang hajat tetapi tidak pernah makan kemungkinan tubuh kita tidak normal. Hal ini memang benar saat saya telah membaca banyak novel, ada rasa saat ingin menulis. Menuangkan segala angan-angan yang terus berkerubung di kepala. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana memulainya. Frustasi rasanya. Seperti ingin makan durian tetapi tidak tahu cara membukanya.

Kemudian, beberapa waktu yang lalu aku melihat tentang  pendaftaran One Day One Post Batch 2.  Aku  pun tanpa pikir panjang langsung ikut bergabung. Tujuannya  ingin belajar, belajar kepenulisan agar bisa membuat novel, agar bisa menjadi penulis yang baik, bersahaja dan dermawan. Aku ingin membuat novel yang bisa membuat pembaca menjadi lebih baik.

Tujuan selanjutnya adalah untuk bersemangat menulis, karna lingkungan yang kita ikuti akan turut juga memperbaharui kita. Dengan kata lain di grup One Day One Post Batch 2, saat semua anggota bersemangat menulis secara otomatis aku juga akan terpengaruh untuk tetap bersemangat.

Lalu aku juga ingin menambah pertemanan dengan hobby yang sama. Menyenangkan punya banyak teman yang sama-sama cinta kepenulisan. Banyak hal yang bisa dipelajari. Saling berbagi informasi sampai mungkin yang ada curhat-curhatan di jaringan pribadi. 

Indah bukan? 

Begitulah, semoga grup ini tetap terus berkembang. Bermetaformosis dengan sempurna. Dan menghasilkan penulis-penulis handal nan bertanggung jawab.
Salam ODOP

---------------------------------------------------

#OneDayOnePost
#Harike3

Selasa, 01 Maret 2016

In Silance : Pray, Life and Love




Ia baru saja menyelesaikan hobby barunya. Hobby yang menenangkan dan menentramkan batin. Kau tau apa yang ia sukai akhir- akhir ini? Bangun disepertiga malam. Saat orang lain berbaur dengan mimpi-mimpi mereka. Ia akan berkencan dengan Tuhannya. Bermesraan dengan syahdu dikedinginan malam. Berdiri menemui Tuhannya kemudian bernyanyi dengan qalam ilahi. Ia mencintai hobby baru itu. Ia menemukan kebahagiaan dengan hobby nya.
Saat dirasa cukup kencannya, ia akan membuka jendela lalu menatap langit malam dan berpeluk mesra dengan dinginnya. Dimatanya, bulan malam ini terasa menyeramkan sebab tak ada bintang yang menemani.  Bulan setengah mengintip di balik pekatnya malam. Angin malam menerpa wajah gadis itu. Menerbangkan mukena putihnya. Ia merenung, menatap bulan di keheningan sepertiga malam.
            Gadis itu sangat suka sepertiga malam. Baginya menatap langit dan merasakan dinginnya malam hal yang sangat ia cintai. Ia memejamkan mata lalu meretangkan tangan. Merasakan dingin yang lebih erat lagi.
            Gadis itu tersenyum. Ia merasakan angin malam yang membelai mesra wajahnya. Menyenangkan. Cukup lama ia memejamkan mata. Kemudian perlahan ia membuka mata kembali memandang ke atas, menatap langit malam yang masih sama pekatnya.
            Perlahan bulan mulai berangsur-angsur menghilang. Bersembunyi di balik legamnya langit. Lalu benar-benar hilang. Langit menjadi lebih menyeramkan. Hitam pekat, menyeramkan, seakan-akan ingin menakuti.
            Perlahan ingatannya melayang pada masa dua tahun silam. Saat pertama kali ia bercumbu mesra dengan Tuhannya. Saat batinnya inginkan seseorang untuk berbagi kegelisahan. Tapi tak seorang pun yang ia temui. Dan akhirnya ia paham bahwa hanya Tuhannya tempat ia bercumbu.


Bersambung...

------------------------
#OneDayOnePost
#Harike2

Senin, 29 Februari 2016

Hidupmu, Bercerita.

Setiap orang punya buku sendiri. Buku Abadi, mungkin. Buku yang akan terus bercerita. Bercerita apa saja. Disana, sang penulis membuat banyak hal. Rezeki, jodoh bahkan kematian tertulis jelas.

Saat kita terlahir, satu buku pun terbuka pada halaman pertama. Halaman berisikan sebuah doa dalam bentuk nama. Doa yang ibu dan ayah berikan sebagai harapan untuk kita kedepannya. Mungkin kita tak pernah tahu seperti apa perasaan orang-orang disekitar saat kita terlahir. Ya, memang pada hikikatnya kita tak akan mampu mengingat masa-masa itu. Yang jelas kehadiran kita merupakan awal dari buku kita sendiri.

Halaman demi halaman terus terbuka. Seperti halnya detik yang terus terangkai pada menit-menit berikutnya. Seperti halnya menit yang terus terajut pada jam-jam berikutnya. Dan seperti jam yang terus terikat pada hari-hari berikutnya. Sungguh waktu akan terus berjalan seperti buku kehidupan kita yang terus terbuka hingga bab-bab selanjutnya.

Tanpa kita sadari waktu terus berjalan, seirama. Sama halnya dengan buku hidupmu. Kita akan terus hidup seperti halnya cerita dalam buku tersebut. Hingga tiba pada halaman keputusan. Keputusan akan seperti apa hidupmu lima atau sepuluh atau bahkan lima belas tahun kedepan. Keputusan kemana kita akan melangkah, keputusan tentang apa yang ingin kita pelajari, kita dalami untuk kedepannya.

 Waktu bergulir. Sampai pada saatnya buku hidup kita pada bab-bab akhir. Bab penghujung dari sekian banyak konflik. Hingga akhirnya sang penulis mengakhiri cerita. Akhir yang mungkin membahagiakan atau bahkan kepedihan. Akhir dari perjalan kehidupan dan keputusan sang tokoh cerita.

Akankah itu akhir dari sang tokoh?

Pada buku itu memang akhir. Akhir pada satu masa kehidupan. Tetapi akan ada buku selanjutnya. Buku pada masa yang berbeda. Berbeda cerita, berbeda latar dan berbeda pula kisahnya.

Demikianlah hakikatnya. Kamu tak boleh lupa bahwa hidupmu bercerita.

#OneDayOnePost
#Hari1

Jumat, 26 Februari 2016

Sederhana


Saya baru saja menyaksikan program talkshow unggulan metro TV Mata Najwa di channel youtube yang di pandu jurnalis senior.  Najwa Shihab. Jurnalis cantik nan cerdas. Ia temasuk idola saya setelah
Bacharuddin Jusuf Habibie dan Susi Pudjiastuti (tentang mereka mungkin ditulisan selanjutnya akan saya bahas). Saya mengidolakan mereka bukan karena suka politik. Saya tidak tahu tentang pemerintahan maupun politik negeri ini dan saya juga tidak akan pernah mau tahu. Tapi lebih kepada jalan hidup, kepintaran dan kerja keras mereka. Di talkshow tersebut ada episode tentang 'Cerita Anak Jokowi.'

Ada banyak hal yang bisa ditiru dari kehidupan keluarga presiden itu. Salah satunya tentang kesederhanaan. Di akhir acara host bertanya tentang satu hal yang selalu ditekankan sang ayah pada anak-anaknya. Dan jawaban adalah tentang kesederhanaan. yang mana sang ayah menasehati si sulung dengan mengatakan bahwa ketika telah sukses atau punya banyak uang jangan digunakan untuk membeli semisalnya jet pribadi.

Tentang kesederhanaan, saya teringat tentang kisah Rasulullah SAW, yang mana dikisahkan pada saat seorang sahabatnya bernama Ibn Mas`ud datang mengunjungi Rasulullah SAW. Saat itu Rasulullah sedang beristirahat di rumahnya sambil berbaring di atas tikar yang dibuat dari daun-daun tamar (kurma). Ketika kedatangan Ibn Mas'ud, Rasulullah tidak memakai baju, maka Ibn Mas`ud melihat bekas anyaman tikar itu melekat di tubuh Rasulullah SAW. Melihat hal itu sahabatpun bersedih dan menitiskan air mata.Sebab tak seharusnya seorang pemimpin hidup dengan cara demikian.

Ibn Mas`ud pun berkata: "Ya Rasulullah, bolehkah saya membawakan tilam ke sini untuk Tuan?''
Rasulullah menjawab, "Wahai Ibn Mas`ud, apalah arti kesenangan hidup di dunia ini bagiku. Hidup di dunia ini bagiku bagaikan seorang musafir dalam perjalanan jauh, lalu dia singgah sebentar berteduh di bawah pohon kayu yang rindang untuk berehat. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh dan tidak berpenghujung.''

Demikianlah, betapa mulianya hidup dengan kesederhanaan, walaupun kita sanggup untuk bermegah-megahan. Tetapi jangan sampai ketika kita ingin hidup sederhana kita malah berputus asa untuk menjemput rezeki. Karena maksud kesederhanaan di tulisan ini adalah ketika kita mampu untuk mendapatkan semua yang kita inginkan tetapi tetap memilih hidup seadanya. Sebab kesederhanaan memberikan anda ruang untuk berfikir lebih dalam atas makna dari kehidupan :) :) :) .

Selamat Sore.
Selamat bermalam sabtu.

Rabu, 24 Februari 2016

Tidak adil, bukan?

Terkadang  orang yang kita sayangi dan yang mencintai  tak pernah selalu sama. 


Tidak adil, bukan?
Saat kita menyayangi dia, berharap dan ingin mencintai setulus tulusnya, tapi dia? Jangankan untuk menyayangi, sekedar pedulipun tidak. Atau malah sebaliknya. Orang yang mencintai kita tapi seujung kukupun kita tak bisa deg-degan dengan dia.

Aku mengalami kedua hal itu. Banyak hal yang aku pelajari dari hal ini. Teutama pengorbanan. Mengorbankan segala perhatian dan waktu untuk orang yang dicintai tanpa peduli balasannya. Sebab yang diinginkan hanya melihat dia nyaman dan bahagia.

Lalu bagaimana dengan orang yang mencitai kita ?


Aku belajar mentoleransi perasaan. Ini sebuah dosa memang. Menghargai dia tanpa perasaan sedikitpun. Hingga akhirnya aku memutuskan. Menyuruh dia berhenti karena hal yang dia lakukan hanya kesia-siaan saja. Aku tahu dia kecewa, sakit atau mungkin trauma. Tapi itu keputusan yang baik. Mengungkapkan yang sebenarnya sebelum dia tersesat terlalu jauh.
Aku hanya  memperjuangkan apa kata hatiku. Menuruti apa yang aku inginkan. Tanpa peduli bagaimana akhirnya.

Apa yang aku cari? 


Kebahagiaan itu sendiri. Kita gak akan pernah diberi Tuhan apa yang kita inginkan jika Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita. Oleh karena itu aku memaksakan untuk berdamai dengan kekecewaan. Jika nanti akhirnya tak sesuai harapan. Aku tidak terlalu sakit sebab aku telah berusaha membuatnya indah di awal bagi diriku sendiri.


Air Mati itu Bencana !





Hari ini air di wilayah saya MATI TOTAL!


Beberapa jam sebelum air mati saya sudah melihat pengumuman dari pihak ATB. Yang mengatakan "Gangguan suplai air tersebut tidak dapat kami hindari. Pekerjaan tersebut merupakan salah satu proses untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Kami menyarankan agar pelanggan menyimpan air secukupnya atau sesuai kebutuhan, sebelum suplai air terganggu." 

 Ini baru mati air. Sudah kelimpungan. Bagi saya pribadi lebih baik mati lampu dari pada mati air. Sebab jika air sudah mati saya malas untuk ngapa-ngapain (apa hubungannya?).
Jelas banyak hubungannya dengan saya. Air mati dan saya (beserta keluarga) tak ada yang menampung air. Air yang tersedia hanya setengah bak. Itu tadi malam dan sekarang hanya tinggal, hmm kira-kira 9-10 gayung sepertinya. Dan saya pun harus bekerja pagi ini juga.

Untuk menhemat air, saya  tidak mandi. Dan kalian tahu seperti apa rasanya badan saya? Lengket ket ket ket. Saya jadi tidak pede bekerja. Lagian saya kerja juga bertemu banyak orang. Dan hari ini saya bekerja tanpa polesan bedak sedikitpun. Sebab saya ingin menghemat air yang tak seberapa itu. (Apa lagi hubungannya?).
 Ada. Kalau saya pakai bedak maka saya juga harus membersihkannya. Membersihkannya pakai air. Itupun jika airnya masih ada, kalau tidak matilah saya.

Jujur saya tak bisa hidup tanpa air. bagi saya air itu sumber kepedean saya. Jika air banyak saya merasa cantik. hahhahaa. Cantik dan harum malah. Tapi sekarang saya merasa menjadi orang paling jelek sedunia. huaaaaaa.

Kenapa saya lebih suka mati lampu daripada mati air?
Jawabannya?
Jika listrik mati saya tetap merasa cantik. kalo air mati saya merasa buruk dari pada itik buruk rupa. (xiixiixixii).
Oke. Lebih jelasnya seperti ini. Jika air mati saya tidak dapat mandi. Mandi bagi saya itu sumber kecantikan saya. kalau listrik mati saya senang-senang saja. Malah banyak keuntungannya. Salah satunya listrik mati pekerjaan pun terhenti. Tapi itu hanya mimpi. Hanya mimpi.