Kamis, 17 Maret 2016

Rosie.


Jika kehidupan dunia adalah pilihan. Rosie tak akan memilihnya. Lebih baik ia tak usah lahir didunia ini. Usia Rosie 25 tahun. Usia matang dengan segala kegetiran hidup sejak kecil. Rosie sulung dari tujuh bersaudara. Si sulung yang menjadi tumpuan adik-adiknya, menjadi contoh adik-adiknya. Rosie, bunga senja nan layu. Wajahnya sayu. Tampak jelas kesedihan di matanya. Terlihat namun samar, di keningnya goresan halus kerutan. Akibat terlalu sering berfikir.

Dari lantai enam rumah sakit, Rosie terdiam. Menatap langit hitam legam. Sebentar lagi mungkin hujan turun. Angin memeluk tubuhnya. Sudah sejam ia mematut diri. Mencoba mencerna setiap jalan hidupnya.
Ia lelah. Bebannya sudah membuat tubuhnya ringkih. Hatinya remuk redam. Ingin ia mengakhiri semuanya. Memaki dan meninggalkan semuanya.

Perlahan rinai turun. Ia masih mematung disana. Terlintas di benaknya. Buat apa ia hidup seperti ini. Hari-hari bermurung durja. Dua puluh lima tahun memikirkan keluarga. Dua puluh lima tahun mengabaikan diri sendiri. Mengorbankan diri sendiri. Ingin rasanya ia terjun saat ini juga. Agar hilang bebannya. Ia menangis.
Menatap langit. Rinai mengenai wajahnya. Perlahan terlintas wajah ibunya. Ia tersenyum. Itulah alasan kehidupannya. Setidaknya dua puluh lima tahun tidak sia-sia. Kesengsaraannya untuk wajah berseri ibu dan juga adik-adiknya.

Rosie tersenyum. Perlahan ia berbalik meninggalkan lantai enam rumah sakit. Ibu. Ibunya menunggu.Dunianya hanya ibunya. Lalu hujan turun dengan derasnya seiring menghilangnya Rosie.

--------------------------------

#OneDayOnePost
#Mingguke3
#Harike2

4 komentar: