Senin, 14 Maret 2016

In Silance : Pray, Life and Love (Part 2)


Siang yang teramat terik saat gadis itu sampai di kampung halaman orang tuanya. Kampung halaman yang terkenal dengan rendang itu. Ia melangkah perlahan. Perjalanan satu jam lima belas menit masih membuatnya jetlag. Ia harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lagi dengan jalur darat. Lalu kemudian benar-benar sampai di rumah sederhana yang terbilang cukup luas dengan pemandangan menakjubkan.
            Mungkin bagi orang-orang kampung ini biasa saja. Tapi baginya ini tempat yang menakjubkan. Bagaimana tidak? Lelah perjalanan tergantikan saat ia sampai di rumah ini. Rumah bercat krem itu punya teras yang luas yang dikelilingi dengan berbagai jenis bunga mengelilingi pagarnya. Bunga-bunga itu ditata sedemikian indahnya dengan berbagai ukuran pot.
Beberapa meter di depan rumah terdapat jalan beraspal yang hanya bisa dilalui satu mobil saja dan diseberang jalan itu terhampar sawah sejauh mata memandang. Tepat di tengah hamparan sawah ada sebuah bangunan tanpa di cat. Gadis itu tahu bahwa bangunan itu merupakan sarang burung walet.
            Langit perlahan memerah mengiring tenggelamnya sang surya. Beberapa petani berjalan dipematang sawah. Mengakhiri pertempuran mereka untuk segera berkumpul dengan keluarganya.
            “Sha, ayo masuk nak udah maghrib.” Seorang wanita paruh baya mengejutkan gadis itu. Menganggu sang gadis yang terpesona oleh keindahan di depannya. Gadis itu memalingkan badan bersegera masuk lalu sayup-sayup terdengar azan maghrib mengalun indah seiring mengelapnya langit. 

 bersambung....
---------------------------------


#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike5



2 komentar: