Siang yang teramat terik saat gadis itu
sampai di kampung halaman orang tuanya. Kampung halaman yang terkenal dengan
rendang itu. Ia melangkah perlahan. Perjalanan satu jam lima belas menit masih
membuatnya jetlag. Ia harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lagi
dengan jalur darat. Lalu kemudian benar-benar sampai di rumah sederhana yang
terbilang cukup luas dengan pemandangan menakjubkan.
Mungkin
bagi orang-orang kampung ini biasa saja. Tapi baginya ini tempat yang
menakjubkan. Bagaimana tidak? Lelah perjalanan tergantikan saat ia sampai di
rumah ini. Rumah bercat krem itu punya teras yang luas yang dikelilingi dengan
berbagai jenis bunga mengelilingi pagarnya. Bunga-bunga itu ditata sedemikian
indahnya dengan berbagai ukuran pot.
Beberapa meter
di depan rumah terdapat jalan beraspal yang hanya bisa dilalui satu mobil saja
dan diseberang jalan itu terhampar sawah sejauh mata memandang. Tepat di tengah
hamparan sawah ada sebuah bangunan tanpa di cat. Gadis itu tahu bahwa bangunan
itu merupakan sarang burung walet.
Langit
perlahan memerah mengiring tenggelamnya sang surya. Beberapa petani berjalan
dipematang sawah. Mengakhiri pertempuran mereka untuk segera berkumpul dengan
keluarganya.
“Sha, ayo masuk nak udah maghrib.” Seorang wanita paruh baya mengejutkan gadis itu. Menganggu sang gadis yang terpesona oleh keindahan di depannya. Gadis itu memalingkan badan bersegera masuk lalu sayup-sayup terdengar azan maghrib mengalun indah seiring mengelapnya langit.
“Sha, ayo masuk nak udah maghrib.” Seorang wanita paruh baya mengejutkan gadis itu. Menganggu sang gadis yang terpesona oleh keindahan di depannya. Gadis itu memalingkan badan bersegera masuk lalu sayup-sayup terdengar azan maghrib mengalun indah seiring mengelapnya langit.
bersambung....
---------------------------------
#OneDayOnePost
#Mingguke2
#Harike5
Nunggu lanjutannya...ayo mbk...semangat nulisnya...pingin tau lanjut e
BalasHapusoke mba..
Hapus