Jumat, 04 Maret 2016

Aku Berharap Kau Tidak Pernah Pergi


Aku,
Terpaku dibawah langit kelam nan menakutkan.
Menatap nanar seluruh langit yang tampak ingin memaki.
Tanpa bintang pun tanpa bulan. 

Sendiri,
Berselimut semilir angin.
Angin yang serasa hendak menghujamku.
Membunuh tanpa berdarah.
Menusuk tanpa berbekas.

Aku tertegun,
Semarah itukah Tuhan padaku?
Tak pantaskah aku berada dipelukanmu?

Tidak,
Tuhan tak pernah semarah itu.

Aku yakin,
Sejahat ini, Ia masih merangkulku.
Menopangku agar tak terjatuh.
Membimbingku agar tak tersesat.

Tuhan,
Ampuni aku.
Aku berharap kau tak akan pernah pergi.

Sedetikpun,
Aku tak akan membiarkan-Mu pergi.

---------------------------------------

Maaf ya. Beberapa hari ini kata-katanya baper terus. Soalnya cuma itu yang ada di pikiran.
Jangan lupa krisannya.

#OneDayOnePost
#Harike5

Kamis, 03 Maret 2016

Kamu Berkata,sedangkan Aku Berperasa.



Kamu berbicara padaku dengan kata-kata. Sementara aku cukup memandangimu dengan penuh perasaan.

***

Kita bertemu tanpa sengaja. Bartegur sapa, lalu tanpa disadari teguran itu hampir setiap hari didengar. Kau dan aku, mungkin, memang ditakdirkan punya cerita.

Sesingkat itu, perlahan aku nyaman dengan kehadiranmu. Kita terus merajut waktu bersama. Berbagi segala hal bersama. Aku semakin ingin terus berada d dekatmu.

Lalu perlahan egois itu mulai meracau. Perlahan ingin rasanya memiliki mu.  Merajut mimpi bersamamu. Aku juga ingin kau selalu memperhatikanku. Memprioritaskanku dari seluruh rutinitasmu.

Tapi itu semua hanya mimpiku. Hanya mimpi separuh sayap. Sedangkan separuhnya lagi tercecer entah dimana.

Ketika itu bunga yang tadinya semerbak. Tumbuh tanpa halangan. Hilang. Lenyap,  seiring kedipan mata.

Kau hanya menganggapku orang asing. Orang tak penting yang hanya menjadi figuran dalam cerita tentang mu.

Apakah aku kecewa?

Entahlah. Aku lunglai. Tak mengerti mengapa seperti ini.

Kau hanya kata-kata. Sementara aku terlalu menganggap itu perasaan.

—------------

#OneDayOnePost
#Harike4

Rabu, 02 Maret 2016

Kenapa One Day One Post ?


Dari dulu, aku sangat suka membaca. Membaca apa saja. Bahkan waktu smp hanya aku saja yang sering menganti catatan peminjaman buku diperpustakaan, saking seringnya meminjam buku. Buku yang paling aku suka adalah novel. Terutama novel motivasi dan islami. Biasanya orang yang membaca novel suka berkhayal. Tapi jujur memang benar adanya. Novel mampu membuat kita terjatuh dalam imajinasi cerita, apalagi jika novelnya bagus.

Kegemaranku membaca terus berlanjut hingga sekarang.  Kemudian aku mencoba menulis beberapa puisi. Dan sering diminta guru untuk menulis puisi saat perpisahan sekolah. Hal tersebut hanya berlangsung selama di smp saja. Ketika sma aku tak pernah menulis sekalipun. Alasannya sibuk (sibuk dengan kegiatan-kegiatan tidak penting sebenarnya).

Suatu hari aku pernah berada dalam posisi 'sendirian'. Dalam artian tidak ada yang bisa aku percaya untuk menumpahkan segala keluh kesah, isi hati, suka dan suka. Saat itu aku merasa, hampa. Ingin sekali mengeluarkan segala uneg-uneg tapi justru kebinggungan yang didapatkan. Lalu terlintas dipikiran untuk menuliskan saja segala keluh kesah tersebut. Ya, kemudian aku mulai menulis kembali. Menuangkan apapun itu yang aku rasakan.

Awalnya cukup kaku memang. Hambar. Walaupun semua yang aku tuliskan hanya untuk diriku sendiri aku tetap tidak pede membacanya. Dari situlah aku mulai belajar kembali secara mandiri. Membaca novel-novel terbaik dan belajar tentang kepenulisan. Aku semakin cinta dunia itu.

Pada suatu waktu aku melihat lomba membuat novel. Awalnya aku tertarik. Mencoba menuliskan cerita hidupku. Waktu itu batas terakhir naskah novel sekitar satu bulan lagi. Artinya aku harus membuat novel dalam satu bulan. Aku berusaha menyelesaikannya. Yang aku pikirkan saat itu walaupun tidak menang, setidaknya aku pernah punya cerita.

Waktu terus berlalu, batas penyerahan naskah sudah mendekati harinya. Tapi novelku, tidak pernah selesai. Bukan aku malas mengerjakannya. Siang malam selalu aku kerjakan. Tapi saat aku mampu menyelesaikan dua atau tiga halaman novel besoknya aku hapus tiga atau empat halaman. Alasannya, aku malu melihat karyaku sendiri. Aku merasa tulisanku jelek, tidak baru dan kata-kata yang berantakan. Saat itu aku menyerah. Aku lebih memilih menjadi penyuka novel saja.

*** 

Membaca itu seperti makan, sedangkan menulis seperti buang hajat. Sejatinya seperti itulah hakikatnya. Saat kita terlalu banyak makan tapi tidak bisa buang hajat maka kemungkinan ada yang salah dari tubuh kita. Begitu juga sebaliknya, saat kita banyak buang hajat tetapi tidak pernah makan kemungkinan tubuh kita tidak normal. Hal ini memang benar saat saya telah membaca banyak novel, ada rasa saat ingin menulis. Menuangkan segala angan-angan yang terus berkerubung di kepala. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana memulainya. Frustasi rasanya. Seperti ingin makan durian tetapi tidak tahu cara membukanya.

Kemudian, beberapa waktu yang lalu aku melihat tentang  pendaftaran One Day One Post Batch 2.  Aku  pun tanpa pikir panjang langsung ikut bergabung. Tujuannya  ingin belajar, belajar kepenulisan agar bisa membuat novel, agar bisa menjadi penulis yang baik, bersahaja dan dermawan. Aku ingin membuat novel yang bisa membuat pembaca menjadi lebih baik.

Tujuan selanjutnya adalah untuk bersemangat menulis, karna lingkungan yang kita ikuti akan turut juga memperbaharui kita. Dengan kata lain di grup One Day One Post Batch 2, saat semua anggota bersemangat menulis secara otomatis aku juga akan terpengaruh untuk tetap bersemangat.

Lalu aku juga ingin menambah pertemanan dengan hobby yang sama. Menyenangkan punya banyak teman yang sama-sama cinta kepenulisan. Banyak hal yang bisa dipelajari. Saling berbagi informasi sampai mungkin yang ada curhat-curhatan di jaringan pribadi. 

Indah bukan? 

Begitulah, semoga grup ini tetap terus berkembang. Bermetaformosis dengan sempurna. Dan menghasilkan penulis-penulis handal nan bertanggung jawab.
Salam ODOP

---------------------------------------------------

#OneDayOnePost
#Harike3

Selasa, 01 Maret 2016

In Silance : Pray, Life and Love




Ia baru saja menyelesaikan hobby barunya. Hobby yang menenangkan dan menentramkan batin. Kau tau apa yang ia sukai akhir- akhir ini? Bangun disepertiga malam. Saat orang lain berbaur dengan mimpi-mimpi mereka. Ia akan berkencan dengan Tuhannya. Bermesraan dengan syahdu dikedinginan malam. Berdiri menemui Tuhannya kemudian bernyanyi dengan qalam ilahi. Ia mencintai hobby baru itu. Ia menemukan kebahagiaan dengan hobby nya.
Saat dirasa cukup kencannya, ia akan membuka jendela lalu menatap langit malam dan berpeluk mesra dengan dinginnya. Dimatanya, bulan malam ini terasa menyeramkan sebab tak ada bintang yang menemani.  Bulan setengah mengintip di balik pekatnya malam. Angin malam menerpa wajah gadis itu. Menerbangkan mukena putihnya. Ia merenung, menatap bulan di keheningan sepertiga malam.
            Gadis itu sangat suka sepertiga malam. Baginya menatap langit dan merasakan dinginnya malam hal yang sangat ia cintai. Ia memejamkan mata lalu meretangkan tangan. Merasakan dingin yang lebih erat lagi.
            Gadis itu tersenyum. Ia merasakan angin malam yang membelai mesra wajahnya. Menyenangkan. Cukup lama ia memejamkan mata. Kemudian perlahan ia membuka mata kembali memandang ke atas, menatap langit malam yang masih sama pekatnya.
            Perlahan bulan mulai berangsur-angsur menghilang. Bersembunyi di balik legamnya langit. Lalu benar-benar hilang. Langit menjadi lebih menyeramkan. Hitam pekat, menyeramkan, seakan-akan ingin menakuti.
            Perlahan ingatannya melayang pada masa dua tahun silam. Saat pertama kali ia bercumbu mesra dengan Tuhannya. Saat batinnya inginkan seseorang untuk berbagi kegelisahan. Tapi tak seorang pun yang ia temui. Dan akhirnya ia paham bahwa hanya Tuhannya tempat ia bercumbu.


Bersambung...

------------------------
#OneDayOnePost
#Harike2

Senin, 29 Februari 2016

Hidupmu, Bercerita.

Setiap orang punya buku sendiri. Buku Abadi, mungkin. Buku yang akan terus bercerita. Bercerita apa saja. Disana, sang penulis membuat banyak hal. Rezeki, jodoh bahkan kematian tertulis jelas.

Saat kita terlahir, satu buku pun terbuka pada halaman pertama. Halaman berisikan sebuah doa dalam bentuk nama. Doa yang ibu dan ayah berikan sebagai harapan untuk kita kedepannya. Mungkin kita tak pernah tahu seperti apa perasaan orang-orang disekitar saat kita terlahir. Ya, memang pada hikikatnya kita tak akan mampu mengingat masa-masa itu. Yang jelas kehadiran kita merupakan awal dari buku kita sendiri.

Halaman demi halaman terus terbuka. Seperti halnya detik yang terus terangkai pada menit-menit berikutnya. Seperti halnya menit yang terus terajut pada jam-jam berikutnya. Dan seperti jam yang terus terikat pada hari-hari berikutnya. Sungguh waktu akan terus berjalan seperti buku kehidupan kita yang terus terbuka hingga bab-bab selanjutnya.

Tanpa kita sadari waktu terus berjalan, seirama. Sama halnya dengan buku hidupmu. Kita akan terus hidup seperti halnya cerita dalam buku tersebut. Hingga tiba pada halaman keputusan. Keputusan akan seperti apa hidupmu lima atau sepuluh atau bahkan lima belas tahun kedepan. Keputusan kemana kita akan melangkah, keputusan tentang apa yang ingin kita pelajari, kita dalami untuk kedepannya.

 Waktu bergulir. Sampai pada saatnya buku hidup kita pada bab-bab akhir. Bab penghujung dari sekian banyak konflik. Hingga akhirnya sang penulis mengakhiri cerita. Akhir yang mungkin membahagiakan atau bahkan kepedihan. Akhir dari perjalan kehidupan dan keputusan sang tokoh cerita.

Akankah itu akhir dari sang tokoh?

Pada buku itu memang akhir. Akhir pada satu masa kehidupan. Tetapi akan ada buku selanjutnya. Buku pada masa yang berbeda. Berbeda cerita, berbeda latar dan berbeda pula kisahnya.

Demikianlah hakikatnya. Kamu tak boleh lupa bahwa hidupmu bercerita.

#OneDayOnePost
#Hari1