Rabu, 24 Februari 2016

Tidak adil, bukan?

Terkadang  orang yang kita sayangi dan yang mencintai  tak pernah selalu sama. 


Tidak adil, bukan?
Saat kita menyayangi dia, berharap dan ingin mencintai setulus tulusnya, tapi dia? Jangankan untuk menyayangi, sekedar pedulipun tidak. Atau malah sebaliknya. Orang yang mencintai kita tapi seujung kukupun kita tak bisa deg-degan dengan dia.

Aku mengalami kedua hal itu. Banyak hal yang aku pelajari dari hal ini. Teutama pengorbanan. Mengorbankan segala perhatian dan waktu untuk orang yang dicintai tanpa peduli balasannya. Sebab yang diinginkan hanya melihat dia nyaman dan bahagia.

Lalu bagaimana dengan orang yang mencitai kita ?


Aku belajar mentoleransi perasaan. Ini sebuah dosa memang. Menghargai dia tanpa perasaan sedikitpun. Hingga akhirnya aku memutuskan. Menyuruh dia berhenti karena hal yang dia lakukan hanya kesia-siaan saja. Aku tahu dia kecewa, sakit atau mungkin trauma. Tapi itu keputusan yang baik. Mengungkapkan yang sebenarnya sebelum dia tersesat terlalu jauh.
Aku hanya  memperjuangkan apa kata hatiku. Menuruti apa yang aku inginkan. Tanpa peduli bagaimana akhirnya.

Apa yang aku cari? 


Kebahagiaan itu sendiri. Kita gak akan pernah diberi Tuhan apa yang kita inginkan jika Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita. Oleh karena itu aku memaksakan untuk berdamai dengan kekecewaan. Jika nanti akhirnya tak sesuai harapan. Aku tidak terlalu sakit sebab aku telah berusaha membuatnya indah di awal bagi diriku sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar